Sabtu, 11 Juni 2011

shock breaker

Perbedaan Monoshock dan Twin Shock

Oleh basir21
otokirtwinshok.gif
Sudah banyak terjadi perdebatan mana yang lebih baik, antara suspensi Monoshock atau Suspensi Twinshock. Tetapi kalau lebih diperdalam ada beberapa kriteria yang dapat menjadikan sebuah teknologi suspensi tersebut lebih baik dari yang lain. Kriteria tersebut antaralain dari segi fungsional, estetika atau penampilan dan performa.
Suspensi Twin Shock
Sesuai namanya suspensi belakang ini jumlahnya sepasang yang masing-masing melekat di sebelah kanan-kiri lengan ayun. Struktur utamanya terdiri dari spring (per), damper, tabung, dan adjuster untuk menyetel kekerasan dan keempukan per. Mekanisme pergerakan suspensi memakai model hidrolik yang berbasis cairan oli. Di pasaran ada tiga jenis peredam belakang yang diperjualbelikan. Pertama adalah buatan original equipment manufacturer (OEM) yang merupakan tipe standar keluaran pabrikan sepeda motor. Jenis kedua disebut sebagai model heavy duty yang dirancang mirip buatan OEM, namun sanggup menahan beban berat. Tipe ketiga adalah khusus untuk sepeda motor sport atau racing, yaitu peredam kejut yang dirancang khusus untuk kompetisi atau arena balap.
Ketiga jenis peredam kejut tersebut memiliki karakter redaman oli dan sistem kerja yang berbeda. Umumnya peredam kejut sepeda motor standar didesain hanya untuk kenyamanan dan pemakaian sehari-hari. Suspensi ini tidak dirancang untuk kegiatan balap dan membawa beban berat. Itu sebabnya jarak ulir per dibikin renggang agar empuk. Sistem kerja ini biasa disebut sebagai single action atau satu kali gaya tarik ketika ditekan, sehingga tubuh pengendara tidak menjadi cepat lelah.
Namun karena mengejar kenyamanan, peredam kejut standar tidak cocok untuk mengangkut beban berat. Masalah utama yang sering terjadi adalah sil sok gampang bocor sehingga kinerja suspensi tidak prima lagi. Dalam buku manual sepeda motor tertulis berapa beban maksimal yang bisa ditanggung oleh suspensi standar.
Khusus untuk mengangkut beban berat, bisa memakai model suspensi heavy duty keluaran perusahaan independen. Desainnya tidak berbeda jauh dengan produk buatan OEM. Ciri utama dari suspensi jenis ini adalah per dibuat lebih besar dengan jarak ulir yang semakin rapat. Dimensi damper dan as sama, tetapi rancangan katup oli dalam tabung berbeda. Hasilnya adalah daya lenturnya lebih kuat sehingga bisa membawa beban berat. Tentunya, karena mementingkan kemampuan untuk mengangkut beban, faktor kenyamanan pun jadi berkurang. Terutama saat sepeda motor dipakai sendiri akan terasa lebih keras. Setiap peredam kejut ini didesain mampu membawa beban berat hingga 250 kg.
Suspensi tipe balap memiliki rancangan yang mengejar stabilitas tinggi saat berada di tikungan. Diameter per dibuat besar, namun tetap soft. Semua peredam kejut untuk balap memakai desain katup oli yang khusus dengan menerapkan mekanisme kerja double action. Tujuannya agar saat menikung, gaya pantul suspensi bisa redam dan tidak menimbulkan goncangan berlebih.
otokirmonoshock.gif
Suspensi Monoshock
Selain model twin shock, beberapa model sepeda motor di Indonesia menggunakan teknologi suspensi monoshock. Umumnya model ini dipakai pada sepeda motor model sport. Ciri utamanya adalah satu peredam kejut yang dipasang di rangka tengah, bagian depan dari lengan ayun. Keunggulannya dibandingkan model konvensional adalah lebih lembut, stabil, dan nyaman untuk manuver. Namun demikian memiliki keterbatasan dalam daya angkutnya.
Suspensi monoshock tidak cocok untuk mengangkut beban berat. Itu sebabnya lebih banyak dipasang pada sepeda motor bebek yang bergaya sport dengan kapasitas mesin besar.Sama seperti komponen sepeda motor umumnya, suspensi pun memiliki masa pakai. Pabrikan merekomendasikan masa pergantian suspensi pada angka 20.000 km. Alasannya, pelumas di dalam tabung memiliki umur masa pakai. Jika oli sudah encer, kerja as tidak optimal lagi. Yang terpenting dari perawatan suspensi adalah jangan mengangkut beban berlebihan, sehingga usia pakainya bisa lebih panjang. (ovi)***
Fungsional
Dari segi fungsional justru banyak pakar otomotif mengatakan bahwa supensi monoshock apabila digunakan sesuai petunjuk dan dalam kondisi optimal justru lebih lembut dibanding suspensi twin shock. Namun kekurangan suspensi Monoshock dibanding twin shock adalah keterbatasan daya angkut dan biaya teknologi tersebut. Karena dalam mengaplikasikanya dibutuhkan struktur sasis yang lebih kuat serta ukuran swing arm yang lebih besar dibanding suspensi twin Shock jadi disimpulkan suspensi twin shock sedikit lebih efisien dibanding suspensi monoshock. 
Estetika Penampilan
Terus terang, dari segi penampilan bisa dibilang mutlak keunggulan berada di tangan suspensi monoshock. Hali ini terbukti dari banyaknya para pemilik motor yang menggunakan teknologi twin shock memodifikasi motornya menjadi monoshock. Sedangkan bisa dibilang tidak ada seorang biker yang ingin merubah tungganganya dari monoshock menjadi twin shock. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi dunia motor sport yang kesemuanya menggunakan suspensi monoshock.
Performa
Contoh paling mudah adalah kita kembali lagi pada dunia motor sport, baik dari balapan sirkuit, motor cross hingga reli Dakar semua motor telah menggunakan sistem monoshock ataupun untrak sebagai suspensi itu karena …
Monoshock itu membantu di kestabilan saat di tikungan. Kenapa? Karena distribusi beban motor dan pengendara akan tertumpu hanya pada satu bagian, yakni tengah lengan ayun. Bandingin deh sama stereo, udah pasti dong saat menikung, beban yang ditumpu kedua shock berbeda. Hitung sentrifugal untuk kedua shock berdasarkan radius dari pusat tikungan, hitung perbedaan “kemembalan” kedua shock, hitung,… (komentar pilihan -Troy)
Kesimpulanya
Tidak ada keunggulan lain suspensi twin shock selain kemampuannya mengangkut beban berat dan efisiensi ongkos produksi Tetapi bila ada pilihan aplikasi suspensi monoshok dengan harga yang sama dengan suspensi twin shock maka value for money pun beralih kepada suspensi monoshock. Sedangkan teknologi monoshock memiliki dua keunggulan mutlak terhadap teknologi twin shock, yaitu dari segi penampilan dan performa. Tetapi dibalik semuanya teknologi tersebut tidak akan bekerja maksimum tanpa ditunjang teknologi sasis dan suspensi depan yang mumpuni.